Kumpulan Artikel | Seputar Informasi | Media Terkini | Tips dan Trik

Kamis, 14 Juni 2012

Musik Barat Batu Rosetta

| Kamis, 14 Juni 2012
Musik Barat Batu Rosetta. Ada dua hal yang menyebabkan masa ini menjadi sangat penting dalam sejarah musik barat: pertama, pada masa ini lahir para komposer jenius yang menghasilkan sebagian karya musik yang luar biasa; kedua, inilah masa dimana teknik serta teori musik lahir dan menjadi dasar musik barat seterusnya. Teori tentang musik sebenarnya sudah lahir sejak zaman Renaissance. Namun, di era Barok inilah terjadi proses pembakuan tentang teori yang ada.

Elemen penting pembentuk musik Barok adalah Polyphony dan Counterpoint. Kedua unsure tersebut sudah dikenal sejak zaman Renaissance dalam bentuk yang sangat sederhana. Polyphony adalah sebuah tekstur dimana terdapat dua suara atau lebih yang bersifat independen. Ini dapat dibayangkan seperti mendengar sebuah paduan suara. Terdapat beberapa line suara yang berbeda, yang masing masing dapat dinyanyikan masing – masing. Namun, tetap membentuk sebuah paduan yang harmonis pada saat digabungkan.

Bentuk evolusi dari Polyphony ini adalah Counterpoint. Counterpoint berasal dari kata latin: contra (lawan) dan punctus (nada). Sebuah punctus contra punctus: “nada melawan nada”. Jadi, Counterpoint adalah hubungan antara dua suara atau lebih yang independen dalam hal kontur dan ritmik, namun saling bergantung dalam aturan harmoni. Kembali bayangkan tentang sebuah paduan suara. Tetapi kali ini, masing masing line suara memiliki ritmiknya masing masing. Sehingga apabila dinyanyian satu per satu seolah olah merupakan terdiri dari beberapa lagu yang berbeda. Dan sekali lagi, saat digabungkan, tetap membentuk keutuhan yang harmonis. 

Akibat utama dari kehadiran counterpoint adalah kekayaan melodi serta kompleksivitas struktur musiknya. Agar benar benar dapat merepresentasikan sebuah karya barok dengan baik, setiap pemain instrumen maupun seorang penyanyi sangat dituntut virtuositasnya. Tuntutan ini mendorong lahirnya teknik baru, para virtuoso, serta kelahiran kaum prodigy di bidang musik. Musik vokal kalah popularitasnya dibandingkan dengan musik instrumental. Hal ini disebabkan batas suara manusia yang tidak lebih kaya dalam menghasilkan melodi dibandingkan instrumen musik menurut ukuran zaman itu. 

Pada masa ini juga, berkembang sebuah doktrin yang dikenal dengan Doctrine of the Affection. Doktrin inilah yang digunakan dalam estetika musikal saat itu. Isinya menyatakan bahwa hanya boleh terdapat sebuah kesatuan dan kerasionalitasan afeksi dalam sebuah karya atau sebuah movement musik. Apabila lebih, maka yang akan timbul adalah kebingungan dan kekacauan. Definisi afeksi disini, mengacu pada Lorenzo Giacomini dalam Orationi e Discorsi (1597), adalah sebuah pergerakan atau operasi spiritual yang diakibatkan oleh ketertarikan atau penolakan terhadap sebuah objek yang telah diidentifikasi, sebagai akibat ketidakseimbangan nafsu hewani dan gas alami yang mengalir secara terus menerus di badan manusia. Kata – kata nafsu hewani dan gas alami, tentu saja, adalah satu bentuk hipotesis terhadap sumber perasaan manusia yang sudah tidak relevan lagi. 

Berhubungan dengan penggunaan doktrin ini, maka musik barok umumnya hanya memiliki satu jenis afeksi (emosi) dalam satu buah movement atau sebuah lagu (apabila hanya terdapat satu movement saja). Hal ini mendorong timbulnya gaya bermain yang lebih ekspresif dibandingkan era Renaissance. Sehingga, dikenal apa yang disebut notes inĂ©gales : memainkan not tidak sesuai dengan nilai yang seharusnya. Hal ini untuk menciptakan sebuah delay, berimplikasi dengan timbulnya tension dan aksen yang ekspresif. Salah satunya adalah cara bermain saat akan mengakhiri suatu lagu atau frase, yang cenderung ditahan sebelum nada terakhir. 

Ornamen
ornamen, tumbuh dan menghias setiap sudut kehidupan masyarakat. Begitu pula dalam musik, mulai timbul ornamen – ornamen tambahan yang membuat kesan ‘centil’. Yang dimaksud dengan ornamen musik yaitu penggunaan nada yang tidak terlalu berpengaruh terhadap keseluruhan melodi atau harmoni, umumnya dimainkan cepat, dengan tujuan untuk menghias bagian atau keseluruhan lagu. Ornamen – ornamen musikal ini memiliki beberapa bentuk. Yang umum kita kenal hingga kini yaitu trill dan mordent. 

Genre
genre musik yang ada, menjadi cetak biru perkembangan masa – masa selanjutnya. Di masa inilah opera, sebuah drama musical, diperkenalkan. Oratorio, opera religius, diperkenalkan sebagai tandingan opera sekuler. Bentuk – bentuk lain yang umum digunakan pada masa ini yaitu cantata, toccata, fugue, sonata, dance suite, concerto, dan French ouverture. Penjelasannya adalah sebagai berikut : 

Cantata
merupakan komposisi antara vocal dan instrumen. Umumnya bentuk ini bertema religi. Sebagai lawannya, Sonata, adalah music instrumental. Bentuk sonata ini, mengalahkan popularitas musik vokal. 

Fugue
bisa diartikan sebagai sebuah teknik komposisi maupun sebuah komposisi kontrapungtal untuk sejumlah suara yang telah ditetapkan. Suara disini dapat berupa suara instrument atau vokal 

Tocatta, adalah komposisi untuk music keyboard. Biasanya sangat menonjolkan teknik bermain para performernya. 

Dance Suite
suatu bentuk kesatuan musical yang umumnya dipentaskan dengan sekali duduk, pada perkembangannya lebih dikenal dengan suite saja. Dance suite merupakan satu set tarian yang populer di abad 17. Biasanya terdiri dari Prelude, Allemande, Courante, Sarabande, dan Gigue; masing – masing mewakili jenis tarian dengan birama tertentu. 

Concerto
mengacu pada sebuah pertunjukan instrument solo dengan iringan sebuah orchestra. Berkembang dengan beberapa gaya dibawahnya, seperti concerto grosso, sebuah concerto kecil yang terdiri atas para solois.

Related Posts