Musik Renaissance
Kata renaissance berarti rebirth— diatributkan untuk periode ini oleh seorang sejarawan Perancis abad ke-19, Jules Michelet. Gerakan Renaissance bernama demikian karena gerakan ini melahirkan kembali ide-ide dan pemikiran-pemikiran dari zaman Greco-Roman yang sudah begitu lama hilang dari Eropa, misalnya pemikiran dari filsuf-filsuf seperti Plato, Aristoteles, atau ahli retorika seperti Cicero atau juga Quintillianus yang tersimpan di dalam banyak teks Latin kuno di perpustakaan Ordo Monastik di Eropa, juga dari teks Latin yang diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa lain.
Semangat zaman ini adalah apa yang sekarang disebut Humanisme, meskipun pada zaman tersebut filsafat di balik semangat itu tidak harus diartikan sebagai semangat untuk menjadikan manusia sebagai pusat segala sesuatu dan “menurunkan” Tuhan. Memang semangat gerakan ini akhirnya melahirkan Aufklärung yang jelas melawan Alkitab, tapi pada awalnya semangat Humanisme lebih dekat dan sangat dipengaruhi oleh kekristenan. Manusia bukan lagi makhluk yang kotor dan rusak belaka (seperti yang diajarkan gereja yang tidak bertanggung jawab pada zaman Dark Ages), tapi juga adalah manusia yang mempunyai dignity sebagai peta dan teladan Allah. Sayangnya keseimbangan ini tidak bertahan lama dan akhirnya terjeblos ke dignity tanpa humility, yaitu Humanisme modern
Donato Bramante, seorang arsitek Renaissance, membangun suatu Tempietto (semacam bangunan kecil untuk memorial para martir) di gereja San Pietro di Montorio yang mengambil konsep arsitektur dari zaman Roma, Temple of Vesta. Konsep simetri dan proporsi juga mempengaruhi lukisan – lukisan Renaissance: para pelukis menggambarkan struktur dan proporsi manusia dengan lebih akurat; kisah yang sudah sering diketahui adalah bagaimana Michelangelo sampai meneliti mayat manusia untuk dapat mengerti anatomi manusia secara tepat sehingga lukisannya mempunyai akurasi yang sangat tepat.
Musik Barok
Jika ada satu era dalam peradaban barat dimana detail, ornament, serta virtuositas adalah gagasan utamanya; maka era tersebut tidak diragukan lagi adalah era Baroque. Dengan rentang waktu sekitar satu setengah abad, dari tahun 1600 – 1760, daya cipta manusia seolah dipacu hingga batas tertingginya dalam menghasilkan karya – karya yang brilian.
Barok, secara etimologis, berarti “berlian dengan bentuk yang tidak biasa”. Istilah yang dilabelkan pada era ini diperkenalkan pada tahun 1919 oleh Curt Sachs, seorang musikologis berkebangsaan Jerman. Penggunaan istilah ini mengacu kepada keadaan sosiokultural pada masa itu. Setelah era pencerahan Renaissance, eksplorasi kebudayaan seolah terus mencari bentuk kesempurnaannya, hingga melahirkan karakteristik yang bizarre dalam segala bidang kebudayaannya.
Detail yang luar biasa, ornamen – ornamen penghias, emosi yang menggelora, serta tuntutan kemampuan yang tinggi dalam menghasilkan karya menjadi ciri utama era ini. Hal ini dapat kita lihat langsung dari lukisan – lukisan, karya arsitektur, pakaian – pakaian, seni patung, hingga – tidak terkecuali - musik. Kecintaan akan kekayaan nada, keindahan, serta emosi; bercampur dengan logika serta hitungan matematis menghasilkan sebuah musik dengan kompleksitas tinggi dan tuntutan kapabilitas seorang virtuoso.
Batu Rosetta Musik Barat
Ada dua hal yang menyebabkan masa ini menjadi sangat penting dalam sejarah musik barat: pertama, pada masa ini lahir para komposer – komposer jenius yang menghasilkan sebagian karya – karya musik yang luar biasa; kedua, inilah masa dimana teknik serta teori musik lahir dan menjadi dasar musik barat seterusnya. Teori tentang musik sebenarnya sudah lahir sejak zaman Renaissance. Namun, di era Barok inilah terjadi proses pembakuan tentang teori yang ada.
Elemen penting pembentuk music Barok adalah Polyphony dan Counterpoint. Kedua unsure tersebut sudah dikenal sejak zaman Renaissance dalam bentuk yang sangat sederhana. Polyphony adalah sebuah tekstur dimana terdapat dua suara atau lebih yang bersifat independen. Ini dapat dibayangkan seperti mendengar sebuah paduan suara. Terdapat beberapa line suara yang berbeda, yang masing – masing dapat dinyanyikan masing – masing. Namun, tetap membentuk sebuah paduan yang harmonis pada saat digabungkan.
Bentuk evolusi dari Polyphony ini adalah Counterpoint. Counterpoint berasal dari kata latin: contra (lawan) dan punctus (nada). Sebuah punctus contra punctus: “nada melawan nada”. Jadi, Counterpoint adalah hubungan antara dua suara atau lebih yang independen dalam hal kontur dan ritmik, namun saling bergantung dalam aturan harmoni. Kembali bayangkan tentang sebuah paduan suara. Tetapi kali ini, masing – masing line suara memiliki ritmiknya masing – masing. Sehingga apabila dinyanyian satu per satu seolah – olah merupakan terdiri dari beberapa lagu yang berbeda. Dan sekali lagi, saat digabungkan, tetap membentuk keutuhan yang harmonis.
Akibat utama dari kehadiran counterpoint adalah kekayaan melodi serta kompleksivitas struktur musiknya. Agar benar – benar dapat merepresentasikan sebuah karya barok dengan baik, setiap pemain instrumen maupun seorang penyanyi sangat dituntut virtuositasnya. Tuntutan ini mendorong lahirnya teknik – teknik baru, para virtuoso, serta kelahiran kaum prodigy di bidang musik. Musik vokal kalah popularitasnya dibandingkan dengan musik instrumental. Hal ini disebabkan batas suara manusia yang tidak lebih kaya dalam menghasilkan melodi dibandingkan instrumen musik menurut ukuran zaman itu.
Pada masa ini juga, berkembang sebuah doktrin yang dikenal dengan Doctrine of the Affection. Doktrin inilah yang digunakan dalam estetika musikal saat itu. Isinya menyatakan bahwa hanya boleh terdapat sebuah kesatuan dan kerasionalitasan afeksi dalam sebuah karya atau sebuah movement musik. Apabila lebih, maka yang akan timbul adalah kebingungan dan kekacauan. Definisi afeksi disini, mengacu pada Lorenzo Giacomini dalam Orationi e Discorsi (1597), adalah sebuah pergerakan atau operasi spiritual yang diakibatkan oleh ketertarikan atau penolakan terhadap sebuah objek yang telah diidentifikasi, sebagai akibat ketidakseimbangan nafsu hewani dan gas alami yang mengalir secara terus menerus di badan manusia. Kata – kata nafsu hewani dan gas alami, tentu saja, adalah satu bentuk hipotesis terhadap sumber perasaan manusia yang sudah tidak relevan lagi.
Berhubungan dengan penggunaan doktrin ini, maka musik barok umumnya hanya memiliki satu jenis afeksi (emosi) dalam satu buah movement atau sebuah lagu (apabila hanya terdapat satu movement saja). Hal ini mendorong timbulnya gaya bermain yang lebih ekspresif dibandingkan era Renaissance. Sehingga, dikenal apa yang disebut notes inégales : memainkan not tidak sesuai dengan nilai yang seharusnya. Hal ini untuk menciptakan sebuah delay, berimplikasi dengan timbulnya tension dan aksen yang ekspresif. Salah satunya adalah cara bermain saat akan mengakhiri suatu lagu atau frase, yang cenderung ditahan sebelum nada terakhir.
Ornamen – ornamen, tumbuh dan menghias setiap sudut kehidupan masyarakat. Begitu pula dalam musik, mulai timbul ornamen – ornamen tambahan yang membuat kesan ‘centil’. Yang dimaksud dengan ornamen musik yaitu penggunaan nada yang tidak terlalu berpengaruh terhadap keseluruhan melodi atau harmoni, umumnya dimainkan cepat, dengan tujuan untuk menghias bagian atau keseluruhan lagu. Ornamen – ornamen musikal ini memiliki beberapa bentuk. Yang umum kita kenal hingga kini yaitu trill dan mordent.
Genre – genre musik yang ada, menjadi cetak biru perkembangan masa – masa selanjutnya. Di masa inilah opera, sebuah drama musical, diperkenalkan. Oratorio, opera religius, diperkenalkan sebagai tandingan opera sekuler. Bentuk – bentuk lain yang umum digunakan pada masa ini yaitu cantata, toccata, fugue, sonata, dance suite, concerto, dan French ouverture. Penjelasannya adalah sebagai berikut :
Cantata, merupakan komposisi antara vocal dan instrumen. Umumnya bentuk ini bertema religi. Sebagai lawannya, Sonata, adalah music instrumental. Bentuk sonata ini, mengalahkan popularitas musik vokal.
Fugue bisa diartikan sebagai sebuah teknik komposisi maupun sebuah komposisi kontrapungtal untuk sejumlah suara yang telah ditetapkan. Suara disini dapat berupa suara instrument atau vokal
Tocatta, adalah komposisi untuk music keyboard. Biasanya sangat menonjolkan teknik bermain para performernya.
Dance Suite, suatu bentuk kesatuan musical yang umumnya dipentaskan dengan sekali duduk, pada perkembangannya lebih dikenal dengan suite saja. Dance suite merupakan satu set tarian yang populer di abad 17. Biasanya terdiri dari Prelude, Allemande, Courante, Sarabande, dan Gigue; masing – masing mewakili jenis tarian dengan birama tertentu.
Concerto mengacu pada sebuah pertunjukan instrument solo dengan iringan sebuah orchestra. Berkembang dengan beberapa gaya dibawahnya, seperti concerto grosso, sebuah concerto kecil yang terdiri atas para solois.
Alur Sejarah Kultur Raksasa
Periodisasi music Barok terbagi dalam tiga bagian: awal, pertengahan, dan akhir. Masing – masing memiliki sumbangannya tersendiri dalam perkembangan keilmuan dan khasanah musik barat. Kejadian – kejadian historis sosiokultural turut membentuk karakter music pada era Barok ini.
Masa Barok awal terbentang dari tahun 1600 – 1654. Ditandai dengan pencetusan suatu bentuk disiplin ilmu musik baru oleh Claudio Monteverdi, dikenal dengan istilah seconda practica. Ilmu musik ini, yang penerapannya hanya untuk murid dan relasi Monteverdi pada awalnya, mencakup evolusi polyphony music renaissance dan suatu bentuk disiplin tonality sederhana. Seconda practica merupakan dasar dari ilmu harmoni, tonality, dan menjadi cikal bakal lahirnya musik homophony disamping counterpoint. Penerapan seconda practica digunakan seutuhnya dalam karya music opera Orfeo karya Monteverdi ini. Kemunculan opera Orfeo, kemudian merangsang berkembangnya genre opera dan mengangkat popularitasnya di dataran Eropa. Disiplin ilmu Monteverdi, diteruskan serta dikembangkan oleh muridnya, Heinrich Schütz.
Musik, seiring dengan jenis kesenian lainnya, tumbuh mekar dengan tidak terkendali dan luar biasa pesat. Hal ini merupakan efek dari euforia masyarakat yang tumbuh sejak masa pencerahan renaissance. Namun, disamping itu, efek reformasi gereja memiliki dampak yang signifikan dalam memacu pertumbuhan tersebut.
Sejak dipelopori oleh Marthin Luther satu abad sebelumnya, reformasi protestan ini menyebabkan jurang antar pemeluk agama Kristen. Di satu sisi, Katolik dengan segala kekuasaannya menjadi pilihan kaum bangsawan dan di sisi yang lain Protestan bagi rakyat biasa. Timbul persaingan antara kedua kubu ini dalam mencari umat, sehingga seni dan budaya pun dijadikan suatu sarana komersil bagi aliran religi ini. Persaingan ini, mendorong para seniman dari masing – masing kepercayaan untuk terus berlomba – lomba menghasilkan karya yang dilirik oleh massa. Sebagai lawan dari reformasi Protestan, timbul gerakan revival of Catholism. Di bidang music, gerakan ini dipelopori oleh Giovanni Gabrielli.
Masa pertengahan Barok dicirikan oleh berkembangnya genre – genre music ke dalam bentuk – bentuk yang lebih baku beserta aturannya. Tahun 1654 – 1707, dikenal sebagai age of absolutism. Hal ini dikarenakan, pada masa ini kerajaan – kerajaan semakin mempertebal keabsolutannya, membentuk sebuah monarki yang menjurus tirani. Personifikasi yang tepat adalah Louis XIV dari Perancis. Sentralisasi kekuatan kerajaan, menyebabkan timbulnya budaya court, yaitu menjadikan istana sebagai pusat pemerintahan sekaligus tempat tinggal. Hal ini mendorong terbentuknya court musician, atau musisi istana, yang menjadi wadah sekaligus lahan potensial bagi para musisi maupun komposer diseluruh Eropa. Sebuah pekerjaan terhormat, bersifat lebih permanen, dengan penghasilan baik dan terjaga alirannya. Sesuatu yang sangat menggiurkan bagi musisi manapun di dunia. Selain itu, berkembangnya gereja dan instansi pemerintahan lain menyebabkan timbulnya kebutuhan akan sebuah music public yang terorganisir.
Di masa ini, musik – musik instrumental meraih pamor di kalangan masyarakat, terutama kaum bangsawan. Kelahiran jenis – jenis instrumental untuk chamber music serta keyboard menunjukkan betapa besar tuntutan akan kekayaan harmoni instrumental. Teori – teori permusikan, lebih terstruktur dan menjadi suatu acuan yang formal serta baku. Seluruh karya music pada masa ini, mengacu kepada satu jenis teori serta struktur yang sama. Dieterich Buxtehide adalah salah seorang penggagas mengenai struktur musik.
String adalah kekuatan utama music pada era ini. Ia merupakan kebutuhan primer genre – genre utama bahkan hingga sekarang. Hal ini dipelopori oleh Jean – Baptiste Lully. Bentuk Concerto Grosso mulai dipopulerkan, terutama oleh Arcangelo Corelli. Concerto Grosso, merupakan sebuah reduksi orkestra, yang biasanya terdiri dari sekelompok solois. Dan lagi – lagi, string tetap merupakan komponen utamanya.
Penghargaan tertinggi di masa ini, jatuh pada seorang komposer bernama Henry Purcell. Dengan usia yang sangat pendek, 36 tahun, ia menghasilkan sekitar 800 karya musikal. Ia adalah seorang komposer yang terkenal mampu menghasilkan melodi – melodi indah. Selain itu, Purcell dikenal sebagai komposer pertama yang menggubah musik – musik untuk instrumen keyboard.
Masa keemasan Barok, berada di akhir rentang hidupnya, pada tahun 1680 – 1750. Di masa ini, bentuk – bentuk musical seperti binary (AABB), 3 parts (ABC), serta bentuk rondo menjadi struktur formal hingga saat ini. Ilmu mengenai tonality, menjadi teori baku musik barat, digagas oleh Rameau. Yang menjadi tonggak sejarah masa ini adalah, kelahiran para komposer – komposer luar biasa yang memiliki karya – karya yang sangat menakjubkan.
Diantara nama – nama para komposer dari era ini, Antonio Vivaldi adalah salah satu komposer dengan karya abadi yang tetap populer hingga sekarang. Sebagian besar orang tentu kenal dengan nada – nada dari Four Seasons. Vivaldi adalah seorang maestro di violino di sebuah panti asuhan di Venice. Karya – karyanya selalu menggunakan atuiran 3 movement, yang terdiri dari dari bentuk cepat – lambat – cepat. Dalam kancah music untuk keyboard, Alessandro Scarlatti dengan sonata – sonata Harpsichordnya menjadi trademark tersendiri. Komposer kelahiran Spanyol ini mmenghasilkan ratusan karya untuk keyboard dan memiliki ciri Spanish – nya dalam karya – karyanya.
Tidak akan lengkap membicarakan music Barok, jika tidak menyinggung tentang dua raksasa Barok ini: Johan Sebastian Bach dan George Friderich Handel. Keduanya adalah maestro yang mampu menghasilkan beratus – ratus karya dengan kekayaan nada yang melimpah. Keduanya, sayangnya, tidak pernah bertemu satu kalipun walau saling mengetahui. Handel dikenal sebagai ahli melodi serta improvisasi. Kebanyakan karyanya memiliki emphasis pada dua hal tersebut. Handel terkenal oleh oratorionya yang berjudul Messia. Sementara Bach, adalah seorang jenius counterpoint sejati. Karya – karyanya merupakan perpustakaan tentang ilmu counterpoint serta berbagai bentuk, jenis, dan kombinasinya. Bradenburg Concertos, merupakan salah satu karya gemilangnya.
Musik Klasik
musik klasik adalah komposisi musik yang lahir dari budaya Eropa sekitar tahun 1750-1825. Biasanya musik klasik digolongkan melalui periodisasi tertentu, mulai dari periode klasik, diikuti oleh barok, rokoko, dan romantik. Pada era inilah nama-nama besar seperti Bach, Mozart, atau Haydn melahirkan karya-karyanya yang berupa sonata, simfoni, konserto solo, string kuartet, hingga opera. Namun pada kenyataannya, para komposer klasik sendiri tidak pernah menggolong-golongkan jenis komposisi yang mereka gubah.
Komunitas musik klasik Norwegia berhutang budi pada komposer Edvard Grieg (1843-1907). Walaupun Norwegia meraih kemerdekaannya hanya dua tahun sebelum ia wafat, Grieg telah menempatkan Norway di peta musik internasional melalui komposisi dan kegiatan konsernya, memastikan bahwa negara yang baru lahir menikmati reputasinya dalam komunitas musik internasional. Fakta bahwa Norwegia baru meraih kemerdekaan pada tahun 1905 memiliki pengaruh signifikan terhadap sejarah musik Norwegia. Dalam kurun waktu kurang lebih 500 tahun, Norway hanya sedikit berkontribusi terhadap kebudayan aristokrat dan kalangan borjuis berarti bahwa Norwegia hanya memiliki sedikit kontribusi terhadap musik Renaisanse dan Baroque.
Namun Grieg memiliki penerus yang penting: Halfdan Kjerulf (1815-1868) memiliki reputasi baik sebagai komposer piano dan musik paduan suara pada pertengahan 1800, dan pemain biola terkemuka, Ole Bull (1810-1880) memiliki karir cemerlang di Eropa dan Amerika Serikat dalam kurun waktu yang sama. Kedua tokoh ini yang kemudian membuka jalan bagi perkembangan komunitas musik klasik Norwegia dan merupakan tokoh utama Festival Internasional Bergen, melalui arena konser di Museum Edvard Grieg dan tempat tinggal Ole Bull, Lysøen.Tokoh penting dalam komunitas musik klasik Norwegia adalah Oslo Philharmonic Orchestra, Bergen Philharmonic Orchestra, Norwegian Chamber Orchestra, pianis Leif Ove Andsnes, pemain cello Truls Mørk dan penyanyi sopran Solveig Kringelborn.
Periode antara jaman keemasan Grieg dan Bull dan musik saat ini juga menampilkan beberapa solois tingkat dunia, seperti penyanyi sopran Kirsten Flagstad (1895-1962). Solois, pemain musik dan orkestra tingkat internasional yang dimiliki Norway merupakan perkembangan yang dialami komunitas musik Norway sejak tahun 1970, pertama-tama melalui pengenalan pendidikan musik kepada masyarakat, dan kemudian melalui berbagai festival dan gedung-gedung konser mulai dibangun di semua kota besar. Proyek utama berikutnya adalah pembangunan gedung opera di Oslo, dimana Opera Nasional Norwegia akan pindah ke bangunan tersebut pada musim gugur 2008.Para komposer Norwegia telah menyimpan peninggalan Edvard Grieg hingga saat ini. Setelah kematiannya, maka komposer paling penting berikutnya adalah Christian Sinding (1856-1941), yang hasil karyanya jelas-jelas dipengaruhi aliran Romantisme.
Pada saat yang bersamaan, ketika trend nada tidak beraturan mulai mempengaruhi musik Norwegia, komposer-komposer solid tetap menggunakan nada Grieg dan elemen National Romantic. Komposer tersebut termasuk David Monrad Johansen (1888-1974), Ludvig Irgens Jensen (1894-1969), Harald Sæverud (1897-1992), Klaus Egge (1906-1979), Geirr Tveitt (1908-1981), Øistein Sommerfeldt (1919-1994) dan Johan Kvandal (1919-1999). Dari semua komposer kontemporer, Ragnar Söderlind (dilahirkan tahun 1945) yang paling sering dihubungkan dengan tradisi tersebut adalah.
Musik Romantik
Walaupun dinamakan era musik romantik, bukan berarti musik di era ini hanya berisi tentang cinta ataupun cinta yang romantik. Sebenarnya era musik tersebut dinamakan romantik karena dapat menggambarkan komposisi musik pada jangka waktu tersebut. Lalu kenapa disebut romantik? Sekali lagi romantik disini tidak ada hubungannya dengan cinta. Namun karya-karya dan komposisi musik yang lebih bergairah dan jauh lebih ekspresif daripada era-era sebelumnya. Pada contohnya, transisi indah dari gerakan ke 3 hingga gerakan ke 4 dari symphony Beethoven. Pada dasarnya, semua composer pada era romantik mempunyai cara baru yang jauh lebih menarik dari sebelumnya.
Karakteristik utama dari musik romantik sendiri adalah kebebasan lebih dalam bentuk musik dan ekspresi emosi serta imaginasi dari composer. Lalu ukuran dari orchestra yang menjadi semakin besar dan bahkan bisa disebut raksasa dibandingkan sebelumnya. Hasil karya dari para composer juga menjadi semakin kaya akan variasi dari mulai lagu hingga karya pendek dengan piano dan diakhiri dengan ending yang sangat spektakuler dan dramatis pada puncaknya. Secara teknik, para pemain musik pada era ini juga mempunyai level sangat tinggi terutama dalam alat musik piano dan biola. Banyak sekali musisi yang dianggap sebagai seorang virtuoso dibidang musik.
Paham nasionalisme juga mewarnai era musik romantik. Reaksi keras dari composer Russia, Bohemia, dan Norwegia yang sangat menentang dominasi Jerman. Conothnya adalah opera dari Mikhail Glinka yang mewakili Russia. Lalu juga ada Bedrich Smetana dan Antonin Dvorak yang menunjukkan nasionalisme mereka dengan menciptakan lagu rakyat Ceko. Masih ada Jean Sibelius yang menulis musik berdasarkan cerita Finlandia, Kalevala dan karya dari Sibelius ini menjadi symbol dari nasionalitas Finlandia.
Zaman Romantik (c.1810-1920)
Lukisan pertama adalah karya Nicolas Poussin, salah satu pelukis pada zaman High Baroque yang idenya sangat dipengaruhi oleh gerakan Klasikal. Ini adalah suatu lukisan klasik tulen, subject matter-nya adalah penguburan seorang pahlawan Yunani dan gaya arsitektur yang digambarkan adalah gaya arsitektur Roma. Dalam lukisan ini Poussin menggambarkan dunia menurut kaum rasionalis: dunia yang teratur dan indah, sebuah surga kaum Klasik. Kematian tetap ada, tapi tidak digambarkan sebagai sesuatu yang mengerikan (meskipun tidak juga dengan pengharapan).
Air digambarkan begitu tenang, pohon-pohon tidak tertiup angin. Segala sesuatu terlihat jelas dan pada tempatnya. Misteri, horor, dan emosi tidak mempunyai tempat di sini. Lukisan yang kedua adalah hasil karya Caspar David Friedrich, seorang pelukis Romantik. Yang langsung membedakan kedua lukisan ini adalah unsur misterinya. Pemandangan di lukisan Poussin tidak terhalang sama sekali, tapi dalam lukisan Friedrich kabut yang tebal justru menjadi isi lukisannya. Friedrich tidak melukiskan pemandangan yang jelas, dan justru “ketidakjelasan” itulah yang menjadi topik lukisannya. Yang digambarkannya bukan predictability, namun unpredictability. Si Pengembara berdiri dengan pose yang kurang stabil, rambutnya tertiup angin.
Di hadapannya terbentang jurang yang tidak terlihat dasarnya, di ujung horison ada puncak-puncak gunung yang lebih tinggi dari tempat ia berada. Dalam lukisan ini, rasio tidak lagi memegang kendali. Gerakan Romantik adalah suatu respons terhadap Gerakan Klasikal: menolak rasio sebagai satu-satunya otoritas dalam segala sesuatu. Emosi, perasaan, misteri telah menantang posisi rasio. Bahkan usaha untuk mendefinisikan istilah Romanticism pasti akan berakibat reduksional sebab gerakan ini adalah gerakan yang pada intinya menolak definisi, menolak kekakuan sistem dan struktur. Ada suatu perkataan dari zaman Romantik yang mengatakan, “Heard melodies are sweet, but unheard ones are even sweeter.”1